The Holy Quran

Study about Sunnah, al-Qur'an, and many others.

Keajaiban Niat

Keajaiban Niat

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ 
كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ. رواه البخاري و مسلم.

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan)tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya.karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.(HR> Bukhari Muslim)

Sebagaimana yang kita ketahui, dalam ibadah niat merupakan sesuatu yang urgent. Baik dalam urusan ibadah, ataupun yang lain.Bahkan, ada sebagian ibadah yang dianggap tidak sah bila tidak disertai niat, semisal shalat. Urgensitas niat ini bisa kita pahami dari sabda Nabi SAW diatas.Oleh karena itu, disini penulis ingin sedikit menjelaskan tentang keistimewaan niat.

The Power of Niat
Secara bahasa, orang Arab menggunakan kata-kata niat dalam arti ‘sengaja’. Terkadang niat juga digunakan dalam pengertian sesuatu yang dimaksudkan atau disengajakan. Secara umum niat dalam kitab Al-asybâh wa-annadzâir adalah, sebuah ungkapan akan adanya dorongan dalam hati dalam menghasilkan manfaat atau menghilangkan mudharat. Jadi, setiap pekerjaan pasti memiliki motivasi yang melatarbelakanginya, bahkan perasaan ikhlas pun bukan sepenuhnya tanpa motif, masih ada niat mengharap ridha allah dan mensyukuri nikmatnya.

Sebagaimana kita tahu, dalam Islam terdapat 5 hukum mengenai segala hal yang dikerjakan oleh manusia. Yaitu, wajib, sunnah, makruh, haram, dan mubah. Wajib adalah sesuatu yang bila ditinggalkan berdosa, bila dikerjakan mendapat pahala. Seperti Shalat 5 waktu. Sunnah adalah sesuatu yang bila dikerjakan mendapat pahala bila ditinggalkan tidak berdosa. Seperti shalat tahajjud. Makruh adalah sesuatu yang bila dikerjakan tidak berdosa, bila ditinggalkan mendapat pahala. Seperti Minum sambil berdiri. Haram adalah sesuatu yang bila dikerjakan berdosa dan bila ditinggal mendapat pahala. Seperti mencuri. Mubah adalah seusuatu yang boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Seperti makan.


Dari kelima hukum tersebut, ada beberapa yang bisa berubah. Misal, dari sunnah menjadi wajib, dari mubah menjadi sunnah, dari makruh menjadi haram, dan lain lain. Hal ini disebabkan oleh adanya unsur eksternal. Contoh, hukum shalat tahajjud yang awalnya sunnah bisa berubah menjadi wajib ketika dinadzari. Begitu pula perkara makruh.

Pada kelima hukum inilah niat mengambil peran yang cukup signifikan. Karena syarat perkara makruh dan haram bisa mendapat pahala bila ditinggalkan adalah harus diniati untuk mamatuhi perintah Allah. Bila tidak diniati, maka kita meninggalkan perkara makruh dan haram tadi tidaklah mendapat pahala. Begitu pula perkara mubah. Perkara mubah yang awalnya tidak memiliki hukum bisa menjadi penambah pundi- pundi pahala, juga bisa menambah tanggungan dosa. Hal ini juga tak lepas dari pengaruh niat.

Contohnya begini. Ada 3 orang anak duduk-duduk di masjid. Sebut saja A, B, dan C. Si A hanya sekedar duduk tanpa niat apa pun. Si B duduk dengan niat i’tikaf. Si C Sebelum masuk masuk masjid bernadzar akan i’tikaf, dan ketika masuk masjid dia berniat untuk tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzina, tidak merokok, tidak minum sambil berdiri, dan lain sebagainya. Maka, meski yang dikerjakan sama, namun pahala yang didapat antara A, B, dan C jauh berbeda. Si A, karena tidak berniat apa-apa, dia tidak mendapat pahala apapun. Si B yang berniat i’tikaf mendapat pahala kesunnahan i’tikaf.  Sedangkan si C, karena sebelum masuk masjid dia bernadzar akan i’tikaf, maka i’tikaf yang awalnya sunnah manejadi wajib baginya, sedangkan pahala perkara wajib 70 kali lipat dari pahal perkara sunah. Ditambah lagi, si C berniat untuk tidak mengerjakan perkara- perkara makruh dan haram. Dari sini dapat kita lihat besarnya pengaruh niat. Pekerjaan yaang sama menghasilkan pahala yang berbeda.

Hal ini juga berlaku pada perkara mubah. Bila kita makan hanya sekedar makan tanpa diniati apa-apa, mmakan kita tidaklah menghasilkan pahala. Beda halnya bila kita makan dengan niat agar kuat beribadah misalnya, maka hukum makan yang awalnya mubah berubah menjadi sunnah yang pastinya berbuah pahala.

Selain bisa menambah pundi- pundi pahala, niat juga bisa menambah tanggungan dosa. Pekerjaan yang awalnya berbuah pahala, bisa jadi berbuah dosa karena pengaruh niat di dalamnya. Misal, kita shalat sunnah dhuha yang mestinya mendapat pahala, malah mendapat dosa dikarenakan adanya niat agar di puji orang (baca: Riya’). Dan segala macam perbuatan baik yang niatnya tidaklah baik, maka akan mengasilkan dosa. Bahkan, hanya dengan sekedar niat, kita bisa keluar dari agama islam (murtad), wal’iyadzu billah.

Contoh lain bisa kita jumpai pada kisah seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang. Atas petunjuk seseorang yang shalih, dia melakukan perjalanan menuju suatu kota untuk bertaubat. Ditengah perjalanan ia tiba-tiba sakit dan meninggal dunia. Akhirnya datanglah malaikat adzab datang untuk menjebloskan orang tadi ke neraka. Namun malaikat rahmat menghalanginya, ia berkata,” laki-laki ini telah bertaubat.” Malaikat adzab menjawab,” dia telah membunuh 99 orang”. Terjadilah perdebatan diantara 2 malaikat ini. Akhirnya Allah SWT memerintahkan kedua malaikat ini untuk menghitung jarak yang ditempuh laki-laki ini. Bila lebih dekat ke tempat tuuan maka dia bersama malaikat rahmat, bila lebih dekat ke tempat asalnya dia bersama malaikat adzab. Ternyata laki-laki tadi lebih dekat ke tempat tujuannya dengan selisih satu langkah. Maka oleh malaikat rahmat laki-laki tersebut dibawa menuju surga.

Dari uraian diatas kita bisa tahu betapa hebatnya niat. Oleh karena itu, marilah perbaiki niat kita dalam segala hal. Agar segala yang kita lakukan berbuah pahala, tidak hanya mendapat lelah dan keringat saja. Sekian.



Kategori

Copyright © The Holy Quran. All rights reserved. Template by CB